Cari Blog Ini

Selasa, 08 Maret 2011

kompetisi pada tumbuhan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antarnegara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedalai juga ikut tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan tersebut, yaitu Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia, dan Amerika. Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa, kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan pulaupulau lainnya. Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja dan Soja max. Namun pada tahun 1948 telah disepakati bahwa nama botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merill (Irwan, 2006).
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan interaksi antara faktor genetika dan lingkungan. Pengelolaan system budidaya suatau tanaman merupakan suatu sistem manipulasi yang dilakukan agar faktor genetika melalui pemilihan varietas dan pengolahan lingkungan melalui perbaikan cara bercocok tanam seperti pengolahan tanah, pemupukan, pengairan dan sebagainya merupakan upaya-upaya yang dilakukan untuk mendapatkan (http://www.mymathematicalromance.com, 2007).
Kompetisi merupakan proses persaingan yang terjadi antara individu yang mengandalkan sumberdaya yang sama, namun terbatas jumlahnya. Hal ini dapat terjadi secara interspesifik (antara dua spesies yang berbeda) atau intraspesifik
(dalam spesies yang sama). Terjadinya kedua macam kompetisi ini berkaitan erat dengan peningkatan kepadatan populasi, baik dalam tingkat populasi maupun dalam komunitas (Agnes, 2008).
Setiap organisme hidup tergantung pada organisme lain dan terjadi hubungan timbal balik antara suatu organisme dengan organisme lain. Secara ringkas dapat dikemukakan bahwa interaksi dapat berdampak positif (+), tidak berpengaruh (0) atau berdampak negatif (-) bagi spesies atau salah satu spesies yang berinteraksi (Rifqi, 2009).

Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh kompetisi dalam populasi pada pertumbuhan tanaman kacang kedelai (Glycine max. L. Merill).

Hipotesis Percobaan

Diduga adanya pengaruh kompetisi dalam populasi terhadap pertumbuhan tanaman kacang kedelai (Glycine max L. Merill).

Kegunaan Percobaan

Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Ekologi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.


TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Adisarwanto (2005), sistematika kedelai adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Rosales
Famili : Leguminosae
Genus : Glycine
Subgenus : Glycine
Spesies : Glycine max (L) Merrill
Kedelai berakar tunggang. Pada tanah gembur akar kedelai dapat sampai kedalaman 150 cm. pada akarnya terdapat bintil-bintil akar, berupa koloni dari bakteri Rhizobium japonikum. Bakteri rhizobium dapat mengikat nitrogen dari udara yang kemudian dapat digunakan intuk pertumbuhan kedelai. Sebaliknya Rhizobium memerlukan makanan yang berasal dari tanaman kedelai untuk pertumbuhannya (Suprapto, 2001).
Kedelai merupakan tanaman semusim, berupa semak rendah, tumbuh tegak dan daun berdaun lebat. Tinggi tanaman berkisar antara 30-100 cm. Batangnya beruas-ruas dengan 3-6 cabang (Fachruddin, 2000).
Daun kedelai merupakan daun majemuk yang terdiri dari tiga helai anak daun dan pada umumnya berwarna hijau muda atau hijau kekuning-kuningan.
Bentuk daun ada yanag oval, juga ada yang segutiga. Warna dan bentuk daun kedelai ini tergantung pada varietas masing-masing. Pada saat tanaman kedelai itu sudah tua, maka daun-daunnya mulai rontok (Andrianto dan Novo, 2004).
Warna bunga kedelai biasanya putih dan ungu. Setelah 7-10 hari bunga pertama muncul, polong kedelai akan terbentuk untuk pertama kali. Bunga tumbuh pada ketiak daun dan berkembang dari bawah lalu menyembul ke atas (Purwono dan Heni, 2002).
Buah kedelai berbentuk polong, setiap polong berisi 1-4 biji. Biji umumnya berbentuk bulat atau bulat pipih sampai bulat lonjong. Ukuran biji berukuran antara 6-30 gram/100 biji. Ukuran biji diklasifikasikan menjadi 3 kelas, yaitu biji kecil (6-10 gram/100 biji), sedang (11-12 gram/100 biji) dan besar (13 gram atau lebih/100 biji). Warna biji bervariasi, antara lain kuning, hijau, cokelat dan hitam (Fachruddin, 2000).
Semua varietas kedelai mempunyai bulu pada batang, cabang, daun, dan polong-polongnya. Lebat atau tidaknya tergantung dari varietas masing-masing. Begitu pula warna bulu berbeda-beda, ada yang berwarna coklat dan adpula berwarna putih kehijauan (Andrianto dan Novo, 2004).

Syarat Tumbuh

Iklim
Tanaman kedelai sangat cocok ditanam di lahan terbuka, yang terdapat di daerah berhawa panas. Di Indonesia, tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian dataran rendah sampai ketinggian 1.200 mdpl. Suhu optimal untuk pertumbuhan kedelai adalah antara 25-30 0C. Curah hujan berkisar antara
150-200 mm/bulan, dengan lama penyinaran matahari 12 jam/hari, dan kelembaban rata-rata (RH) 65% (Fachruddin, 2000).
Faktor ketinggian tempat berkaitan erat dengan suhu yang merupakan factor penting bagi pertumbuhan tanaman. Setiap pertambahan ketinggian 100 meter akan menyebabkan suhu turun sebesar 0,5 0C. Suhu udara di sekitar tanaman mempengaruhi aktivitas pertumbuhan tanaman (Tim Penulis PS, 2002).
Tanaman kedelai dapat tumbuh pada kondisi suhu yang beragam. Suhu uadara yang optimal dalam proses perkecambahan yaitu 30 0C. Suhu linkungan optimal untuk pembentukan bunga yaitu 24-25 0C (Adisarwanto, 2005).
Tanah
Tanaman kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dengan drainase dan aerasi yang baik. Nilai pH ideal bagi pertumbuhan kedelai dan bakteri Rhizobium adalah 6,0-6,8. Apabila pH diatas 7,0 tanaman kedelai akan mengalami klorosis. Sementara pada pH 5,0 kedelai mengalami keracunan Al, Fe, dan Mn. Untuk menaikkan pH, dilakukan pengapuran misalnya dengan kalsit (CaCO3), dolomite (CaMg (CO3)2), atau kapur bakar (Fachruddin, 2000).
Toleransi keasaman tanah (pH) tanah bagi kedelai adalah 5,8-7,0. Namun, pada pH 4,5 kedelai dapat tumbuh. Pada pH kurang dari 5,5 pertumbuhannya sangat terhambat karena keracunan alumunium. Pertumbuhan bakteri bintil dan proses nitrifikasi akan berjalan kurang baik. Pada tanah podsolik merah kuning dan tanah yang banyak mengandung pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali jika tanah diberi tambahan pupuk organikdalam jumlah cukup (Purwono dan Heni, 2008).


Kompetisi Pada Tanaman

Setiap organisme hidup tergantung pada organisme lain dan terjadi hubungan timbal balik antara suatu organisme dengan organisme lain. Secara ringkas dapat dikemukakan bahwa interaksi dapat berdampak positif (+), tidak berpengaruh (0) atau berdampak negatif (-) bagi spesies atau salah satu spesies yang berinteraksi (Rifqi, 2009).
Salah satu bentuk interaksi antara satu populasi dengan populasi lain atau antara satu individu dengan individu lain adalah bersifat persaingan (kompetisi). Persaingan terjadi bila kedua individu mempunyai kebutuhan sarana pertumbuhan yang sama sedangkan lingkungan tidak menyediakan kebutuhan tersebut dalam jumlah yang cukup. Persaingan ini akan berakibat atau menghambat pertumbuhan individu-individu yang terlibat (http://www.mymathematicalromance.com,2007).
Daya dukung (carrying capacity) lingkungan adalah kemampuan lingkungan atau suatu ekosistem untuk dapat mendukung perikehidupan sejumlah makhluk hidup dan dengan segala aktivitasnya, dengan tanpa harus terjadi perubahan terhadap kondisi lingkungannya. Empat faktor yang saling mempengaruhi daya dukung suatu ekosistem meliputi; ketersediaan bahan/material, ketersediaan energi, akumulasi produk limbah dan tempat pembuangan akhir sampah, serta faktor interaksi di antara organisme-organisme. Faktor batas minimum atau maksimum yang dapat menopang perikehidupan suatu ekosistem dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan ekosistem dalam menghadapi masalahnya. Seberapa besar pencemaran udara maksimum yang dapat ditoleransi
lingkungan, seberapa besar ketersediaan (supply) air tanah minimum yang dapat menopang perikehidupan suatu ekosistem perkotaan. Demikian pula faktor teknologi yang dapat dilibatkan untuk membantu mengatasi persoalan ekosistem, misalnya seberapa besar kemampuan teknologi pengolah limbah yang tersedia untuk dapat mengelola limbah yang dihasilkan oleh ekosistem perkotaan. Faktor kepadatan dan pertumbuhan populasi spesies, misalnya jumlah penduduk dapat menjadi salah (Utomo dan Rizal, 2006).
Fotosintesis merupakan hal pokok dalam metabolisme tanaman karena radaiasi merupakan salah satu faktor lingkungan terpenting. Lingkungan tumbuhan juga mempengaruhi lingkungan mikro tumbuhan lainnya. Suatu tumbuhan dapat saja menjadi saingan bagi tumbuhan lainnya, dalam pemanfaaatan energi dan hara. Persaingan atau kompetisi berarti mencari atau mengejar sesuatu yang secara bersamaan dibutuhkan oleh lebih dari satu pencari. Dua tanaman meskipun tumbuh berdekatan tidak akan bersaing jika bahan yang diperebutkan dalam jumlah yang besar, akan tetapi persaingan akan muncul jika sumber daya tersebut jumlahnya terbatas (Hanum, 2010).
Pengaruh kerapatan tanaman terhadap diameter dan tinggi tanaman yaitu semakin besar kerapatan tanaman maka semakin kecil diameter dan tinggi tanaman dan semakin kecil kerapatan tanaman maka semakin besar diameter dan tinggi tanaman yang ada. Hal ini disebabkan karena kerapatan yang besar berarti jumlah tanaman sejenis banyak tumbuh di ruang sempit, saling berkompetisi untuk mendapatkan air, dan nutrisi yang jumlahnya terbatas. Oleh karena itu diameter batang dan tinggi tanaman tidak dapat tumbuh ((http://www.mymathematicalromance.com,2007).



DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T. dan R. Wudianto. 1999. Meningkatkan Hasil Panen Kedelai di Lahan Sawah-Kering-Pasang Surut. Penebar Swadaya. Bogor.

Adisarwanto, T. 2005. Budidaya dengan Pemupukan yang Efektif dan Pengoptimalan Peran Bintil Akar Kedelai. Penebar Swadaya. Bogor.

Effendi, I dan M. Utomo. 1993. Analisis perbandingan tenaga kerja, produksi dan pendapatan usahatani kedelai pada sistem tanpa olah tanah dan olah tanah biasa di Rawa Sragi, Lampung.

Hidayat, O. D. 1985. Morfologi Tanaman Kedelai. Hal 73-86. Somaatmadja et al. (Eds.). Puslitbangtan. Bogor.
Http:/www.mymathematicalromance.com, 2010. Diakses pada tanggal 22 Mei 2010

Irwan, A.W. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai. UNPAD Pers. Yogyakarta

Fachruddin, Lisdiana, Ir. 2000. Budidaya Kacang-kacangan. Kanisius. Yogyakarta.

Prosiding Seminar. 1992. Hasil Penelitian Tanaman Pangan. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Bogor

Rukmana, S. K. dan Y. Yuniarsih. 1996. Kedelai, Budidaya Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta.

Sumarno dan Harnoto. 1983. Kedelai dan cara bercocok tanamnya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Buletin Teknik

Suprapto, H. 1998. Bertanam kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta.

Subandi. 2007. Teknologi dan Strategi Pengembangan Kedelai pada Lahan Kering Masam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar