Cari Blog Ini

Selasa, 08 Maret 2011

kultur anther

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tanaman kembang sepatu termasuk family malvaceae. Tanaman ini banyak ditanam orang di halaman sebagai tanaman hias atau sebagai pagar hidup. Hal ini dilakukan orang untuk memperindah halaman rumah (http://aagos.ristek.go.id, 2010).
Tanaman haploid dapat dikembangkan dengan menggunakan teknik kultur in vitro anther dan pollen. Anther diperoleh dari tunas bunga dan dapat dikulturkan pada medium padat atau cair sehingga terjadi embriogenesis. Selain itu pollen juga dapat diambil secara aseptik dan dikulturkan pada medium cair. Proses perbanyakan tanaman haploid dengan menggunakan gametofit jantan semacam ini disebut sebagai androgenesis. Ada dua macam androgenesis yaitu androgenesis langsung dan tidak langsung. Androgenesis langsung adalah proses pembentukan plantlet haploid dengan menggunakan kultur anther, sedangkan pada androgenesis tidak langsung adalah plantlet terbentuk melalui pembentukan kalus yang kemudian mengalami regenerasi menjadi plantlet (Yuwono, 2008).
Kultur adalah inisiasi umum dari tumbuh-tumbuhan yang memiliki bagian-bagian yang dapat ditumbuhkan pada media kultur dan dapat disterilkan, sementara eksplan adalah ketika dikulturkan pada medium yang sesuai, biasanya media terdiri dari bahan-bahan auxin dan sitokinin, yang dapat memberikan suatu nutrisi bagi tanaman agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi suatu individu baru (Bennet dan O’Neill, 1989).

Biotekologi tanaman membuat suatu program yang dapat menghebohkan publik. Dalam beberapa tahun terkahir bioteknologi tanaman berkembang pesat sehingga mampu meningkatkan hasil-hasil produksi baik tanaman pangan maupun tanaman perkebunan (Slater at al, 2003).
Kultur anther bias menghasilkan anggrek dengan genetik haploid (1n) sehingga bentuknya lebih kecil jika dibandingkan dengan anggrek diploid (2n). Dengan demikian sangat dimungkinkan untuk menghasilkan tanaman anggrek mini, selain itu dengan kultur anther berpeluang memunculkan sifat resesif unggul yang pada kondisi normal tidak akan muncul karena tertutup oleh yang dominan (http://www.smallcrab.com, 2010).


Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan adalah kuncup bunga kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis) sebagai eksplan yang akan ditanam, media dasar MS sebagai media pertanaman eksplan, benlate untuk membersihkan eksplan, dithane M-45 sebagai pensterilisasi eksplan, betadine untuk membersihkan eksplan, air sebagai pembersih media, spritus sebagai bahan bakar lampu bunsen, detergen untuk membersihkan permukaan eksplan, label untuk member nama pada media eksplan, allkohol 96 % untuk mensterilkan tangan saat akan menanam eksplan.
Sedangkan alat yang digunakan pada percobaan adalah botol Kultur sebagai wadah media yang sudah jadi, petridis sebagai tempat untuk meletakkan eksplan, Laminar Air Flow (LAF) sebagai tempat penanaman eksplan, erlenmeyer sebagai wadah eksplan yang sudah jadi, scalpel sebagai alat untuk memotong eksplan, pinset untuk mengambil eksplan, handsprayer sebagai alat tempat alkohol untuk menyemprotkan alkohol saat melakukan penanaman, lampu bunsen untuk sterilisasi media dan pinset, timbangan analitik untuk menimbang bahan-
bahan kimia media, lampu ultraviolet untuk sterilisasi ruangan, beaker glass sebagai wadah bahan kimia, pipet ukur untuk mengukur banyak bahan yang digunakan, rotating shaker dan stirer untuk menggojog larutan media dalam erlenmeyer, aluminium foil sebagai penutup botol, pinset sebagai pengambil bahan, baju laboratorium untuk mencegah kontaminasi, sarung tangan untuk manjaga tangan agar tidak mengkontaminasi media, inkubator untuk menginkubasi kultur, penutup kepala untuk menjaga agar tidak terjadi kontaminasi, masker untuk melindungi pernafasan agar tidak mengkontaminasi media, dan botol kultur untuk tempat penanaman eksplan.

Prosedur Percobaan
A. Sterilisasi Eksplan
- Dicuci eksplan (anther) dengan detergen selama 30 menit sambil terus digojok kemudian dibilas dengan air mengalir.
- Pekerjaan selanjutnya dilakukan di Laminar Air Flow (LAF) yang sudah disterilkan dengan alkohol 96%.
- Direndam eksplan yang sudah bersih dalam kirate fungisida benlate 2 g/l + dithane M-45 2 g/l + tween -20 sebanyak 2-3 tetes, kemudian digojok selama 30 menit, selanjutnya dibilas dengan aquades steril minimal sebanyak 3x.
- Direndam eksplan dalam kultur khlorox 20 % + tween - 20 selama 10 menit sambil digojok kemudian dibilas dengan aquades steril minimal sebanyak 3x.
- Direndam eksplan dalam larutan chlorox 10% + tween -20 selama 15 menit sambil digojok kemudian dibilas dengan aquadest steril minimal sebanyak 3x.

- Direndam eksplan dalam larutan betadine 5% selama 10 menit sambil digojok kemudian dibilas dengan aquadest minimal 3 kali.

B. Penanaman Eksplan
- Dipindahkan kuncup bunga yang sudah steril ke dalam petridish.
- Dikeluarkan kepala sari dari kuncup bunga dengan menggunakan scalpel dan pinset.
- Ditanam kepala sari pada media kultur dan diinkubasi pada suhu 25° C dalam keadaan terang dan diamati perkembangannya.



HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Dari hasil percobaan diperoleh data sebagai berikut :
% Terkontaminasi = Jumlah eksplan terkontaminasiJumlah eksplan /kelompok x 100 %
= 03 x 100 %
= 0 %
Pembahasan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan diketahui bahwa jumlah eksplan yang terkontaminasi adalah nol. Ini artinya bahwa 100 % eksplan tidak terkontaminasi, hal ini disebabkan oleh kondisi eksplan, alat, media atau ruangan yang steril. Hal ini sesuai dengan literatur Hendaryono dan Wijayani (1994) yang menyatakan bahwa teknik perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan dilaksanakan pada kondisi laboratorium yang aseptik begitu juga dengan peralatannya sehingga menghasilkan eksplan yang tidak terkontaminasi.
Tingkat keberhasilan penanaman eksplan (anther) dalam percobaan ini adalah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah sumber, kondisi dan umur tanaman telah sesuai untuk ditanam sehingga eksplan tidak terkontaminasi. Hal ini sesuai dengan literatur Nasir (2002) yang menyatakan bahwa untuk mengahasilkan haploid terbaik, kondisi optimum yang harus ditentukan untuk setiap kultivar atau spesies yaitu tahap perkembangan mikrospora, komposisi media, praperlakuan anther, sumber, kondisi, dan umur tanaman dimana anther diambil.

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan. Kultur anther bertujuan untuk medapatkan tanaman haploid yang selanjutnya dalam bidang pemuliaan tanaman akan dapat digunakan untuk memperoleh tanaman 100% homozigot. Hal ini sesuai dengan literatur http://rudyct.com (2010), yang menyatakan bahwa kultur anther merupakan salah satu tekhnik dasar penerapan bioteknologi untuk pemuliaan tanaman. Dari kultur anther akan didapatkan tanaman yang haploid. Manfaat tanaman haploid dalam pemuliaan tanaman adalah diperoleh tanaman 100% homozigot.
Dari hasil percobaan dapat diketahui bahwa perbanyakan tanaman melalui kultur anther dapat diperoleh tanaman yang haploid. Hal ini sesuai dengan literature Yuwono (2008) yang menyatakan bahwa tanaman haploid dapat dikembangkan dengan menggunakan kultur in vitro anther dan pollen.
Dalam percobaan kultur anther, anther yang diiginkan adalah anther dengan serbuk sari pada fase miduninecleate yang selanjutnya dapat dilihat dibawah mikroskop. Hal ini sesuai dengan literatur Zulkarnain (2000) yang menyatakan bahwa langah dan kritis dari tekhnik kultur anther adalah penentuan tingkat perkembangan serbuk sari yang paling tepat untuk dijadikan eksplan. Anther yang diinginkan adalah anther dengan sari pada fase miduninucleate. Fase tersebut memiliki ciri yaitu hanya ada satu nukleus dalam setiap sel yang berada di tengah-tengah.



KESIMPULAN

1.Jumlah persentase eksplan yang terkontaminasi adalah 0 % (tidak ada eksplan yang terkontaminasi.
2.Jumlah persentase eksplan yang tidak terkontaminasi adalah 100 %.
3.Kultur anther bertujuan untuk mendapatkan tanaman haploid atau homozigot.
4.Faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan kultur anther adalah sumber, kondisi dan umur tanaman.
5.Anther diperoleh dari tunas bunga pada medium padat atau cair sehingga terjadi embryogenesis.
6.Anther yang paling baik untuk dikulturkan adalah anther pada fase midunicleate.



DAFTAR PUSTAKA

Bennet, A and O’Neill, D., 1989. Horticultural Biotechnology, Willey-Liss, New York

Hendaryono, S.D. dan Wijayani, A., 2004. Teknik Kultur Jaringan-Pengenalan dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Modern, Kanisius, Jakarta.

http://www.fpunud.ac.id/biotek/kuljar. Bioteknologi Jaringan. Tanggal akses 1 Maret 2010. Pkl. 19.00 WIB.

http://www.rudyct.com/PPS70-Iph/10245/widi.agustin. Kultur Jaringan. Tanggal Akses. 1 maret 2010. Pkl. 19.00 WIB.

http://www.aagos.go.id. Kembang Sepatu. Tanggal akses 3 maret 2010. Pkl. 19.00 WIB.

http://www.smallcrab.com/other/474. Mengenal Kultur Jaringan. Tanggal akses 20 Maret 2010. Pkl.12.00 WIB.

Nasir, M. 2002. Bioteknologi Potensi dan Keberhasilannya Dalam Bidang Pertanian. Grafindo Persada, Jakarta.

Nugroho, A dan Sugito, H., 2000. Pedoman Pelaksanaan Teknik Kultur Jaringan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Santoso, U dan Nursandi, U., 2005. Kultur Jaringan Tanaman. UMM Press. Malang.

Slater, A., Niger, W.N., and Fowler. 2003. Plant Biotechnology. Oxford University Press, New York.

Suryowinoto, M., 1996. Pemuliaan Tanaman Secara in Vitro. Kanisius, Yogyakarta.

Yuwono, T., 2008. Bioteknologi Pertanian. UGM Press, Yogyakarta.

Zulkarnain, H., 2000. Kultur Jaringan Tanaman-Solusi Perbanyakan Tanaman Budidaya. Bumi Aksara, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar