Cari Blog Ini

Selasa, 08 Maret 2011

Respon pertumbuhan dan produksi tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans Poir.) terhadap pemberian pupuk NPK.

PENDAHULUAN

Latar Belakang


Kangkung termasuk sayuran yang populer dan digemari masyarakat Indonesia. Tanaman kangkung berasal dari India sekitar 500 SM, yang kemudian menyebar ke Malaysia, Birma, Indonesia, Cina Selatan, Australia dan Afrika. Nama latin kangkung adalah Ipomoea reptans. Di Cina, sayuran ini dikenal dengan nama Weng Cai, sedangkan di Eropa kangkung disebut Swamp Cabbage. Di Indonesia kangkung memiliki beberapa nama daerah, yaitu Kangkueng (Sumatera), Kangko (Sulawesi) dan Utangko (Maluku) (Azmi, 2007).
Kangkung bergizi tinggi dan lengkap dengan kandungan yang ada pada kangkung seperti kalori, protein, lemak, karbohidrat, serat, kalsium, posfor, zat besi, natrium, kalium, vitamin A, vitamin B, vitamin C, karoten, hentriakontan, dan sitosterol. Senyawa kimia yang dikandung adalah saponin, flavonoid, dan poliferol (Mangoting dkk, 1999).
Kangkung merupakan tanaman yang bermanfaat. Kangkung mempunyai senyawa yang dapat digunakan untuk pengobatan bagi penderita susah tidur. Serat pada kangkung sangat baik untuk mencegah konstipasi sehingga dapat menghalangi terjadinya kanker perut. Karetenoid dalam tubuh akan diubah menjadi vitamin A serta klorofil tinggi. Kedua senyawa ini berperan sebagai antioksidan yang berguna untuk mencegah penuaan dan menghalangi mutasi genetik penyebab kanker (Wirakusumah, 1998).
Produksi tanaman kangkung di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami variasi. Pada tahun 1985 terdapat luas areal pertanaman kangkung nasional 41.953 hektar. Namun tahun-tahun berikutnya cenderung menurun, yaitu hanya 32.448 ha (1988) dan 20.578 ha (1990). Hasil rata-rata kangkung nasional masih rendah, yaitu baru mencapai 2,389 ton/hektar (1985), 4,616 ton/hektar (1988), dan 7,660 ton/ha (1990) (Rukmana, 1994).
Pupuk NPK merupakan pupuk campuran dari nitrogen, phosfor, dan kalium. Pupuk N berfungsi untuk menaikkan produksi tanaman, kadar protein, dan slulosa, tetapi serin menurunkan kadar sukrosa, poli fruktosa dan pati. Kadar P dinyatakan dalam bentuk P2O5 yang jumlahnya lebih sedikit daripada nitrogen dan kalium. Fungsi mendorong pertumbuhan akar tanaman. Kadar pupuk K dinyatakan sebagai % K2O. Kalium berfungsi untuk mengatur pergerakan stomata (Rosmarkam dan Nasih, 2003).
Sumber unsur N sebenarnya cukup banyak terdapat di atmosfer, yaitu + 79,2 % dalam bentuk N2 bebas, namun demikian unsur N ini baru dapat digunakan oleh tanaman setelah mengalami perubahan bentuk yang terikat yang kemudian dalam bentuk pupuk. Sumber utama dari nitrogen berasal dari N2 yang terikat. Untuk pembuatan pupuk adalah nitrogen dalam bentuk amoniak (Hasibuan, 2008).
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah respon pertumbuhan dan produksi tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans Poir.) terhadap pemberian pupuk NPK.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut buku yang ditulis oleh Steenis (1978), klasifikasi tanaman kangkung adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Convolvulales
Famili : Convolvulacae
Genus : Ipomoea
Spesies : Ipomoea reptans Poir.
Kangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun. Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabangnya akar menyebar kesemua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60 hingga 100 cm, dan melebar secara mendatar pada radius 150 cm atau lebih, terutama pada jenis kangkung air (Rukmana, 1994).
Batang kangkung bulat dan berlubang, berbuku-buku, banyak mengandung air (herbacious) dari buku-bukunya mudah sekali keluar akar. Memiliki percabangan yang banyak dan setelah tumbuh lama batangnya akan merayap (menjalar) (Mortensen dan Bullard, 1970).
Kangkung memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di ketiak daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru. Bentuk daun umumnya runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas berwarna hijau tua, dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda (Mangoting dkk, 1999).
Selama fase pertumbuhanya tanaman kangkunga dapat berbunga, berbuah, dan berbiji terutama jenis kangkung darat. Bentuk bunga kangkung umumnya berbentuk “terompet” dan daun mahkota bunga berwarna putih atau merah lembayung (Azmi, 2007).
Buah kangkung berbentuk bulat telur yang didalamnya berisi tiga butir biji. Bentuk buah kangkung seperti melekat dengan bijinya. Warna buah hitam jika sudah tua dan hijau ketika muda. Buah kangkung berukuran kecil sekitar 10 mm, dan umur buah kangkung tidak lama (Nazaruddin, 1994).
Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau tegak bulat. Berwarna cokelat atau kehitam-hitaman, dan termasuk biji berkeping dua. Pada jenis kangkung darat biji kangkung berfungsi sebagai alat perbanyakan tanaman secara generatif (Wirakusumah, 1998).
Syarat Tumbuh
Iklim
Kangkung mempunyai daya adaptasi cukup luas terhadap kondisi iklim tropis dan dapat ditanam di berbagai daerah atau wilayah di Indonesia. Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi (pegunungan) + 2000 mdpl, dan diutamakan lokasi lahanya terbagi atau sinar matahari yang cukup (Rukmana, 1994).
Kebutuhan sinar matahari untuk tanaman kangkung adalah 400-800 footcandles yang akan mempengaruhi pertumbuhan optimum. Oleh karena itu, kangkung dapat tumbuh pada lahan terbuka tetapi tidak terlalu panas (Bandini dan Azis, 2001).
Untuk pertumbuhan kangkung diperlukan iklim yang toleran. Pertumbuhan kangkung biasanya optimal bola dipengaruhi oleh suhu daerah setempat. Suhu yang dibutuhkan tanaman kangkung yaitu rata-rata 20-300 C dengan kelembaban daerah (RH) dibawah 60 % (Nazaruddin, 2000).

Tanah

Kangkung darat menghendaki tanah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, dan tidak mudah menggenang (becek). Pada tanah yang becek, akar-akar tanaman dan batang kangkung darat akan mudah membusuk atau mati (Rukmana, 1994).
Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi baik di dataran rendah sampai dataran tinggi (pegunungan). Tanaman kangkung cocok ditanam pada tanah bertekstur liat berpasir dengan struktur tanah yang agak remah. Selain itu, tanaman kangkung membutuhkan tanah datar bagi pertumbuhanya, sebab tanah yang memiliki kelerengan tinggi tidak dapat mempertahankan kandungan air secara baik ( Azmi, 2007).
Kisaran derajat keasaman (pH) tanah yang baik untuk tanaman kangkung adalah pada kisaran pH netral yakni 6-7. Jika pada tanah asam kangkung sukar tumbuh maka diperlukan penambahan kapur untuk menetralkanya (Nazaruddin, 2000).
Pupuk NPK
Zat-zat yang sangat diperlukan tanaman dan seringkali kurang cukup terdapat di dalam tanah, terutama Nitrogen (N), Phosfor (P), dan Kalium (K). Apabila unsur tersebut dapat terpenuhi, maka pertumbuhan tanaman akan menjadi normal dan baik. Sebaliknya, apabila kekurangan atau kelebihan akan menunjukkan gejala-gejala kekurangwajaran atau abormal (Rosmarkam dan Nasih, 2003).
Nitrogen diserap tanaman dalam bentuk ion nitrat (NO-3) dan ion amonium (NH4+). Nitrogen tidak tersedia dalam bentuk mineral alami seperti unsur hara lainya. Terdapat didalam protein dalam bentuk tanaman yang berguna untuk pertumbuhan pucuk daun. Pupuk N juga menyuburkan bagian-bagian vegetatif tumbuhnya batang dan daun. Oleh karena itu, pupuk ini diberikan pada awal masa pertumbuhan dan diberikan pada sayuran daun sebab dengan pupuk N daunya lekas tumbuh besar dan berwarna hijau tua. Sumber N dari udara tidak semua tanaman dapat menghisapnya dari udara begitu saja. Tetapi dengan adanya bentuk bantuan bakteri tanah, maka zat N dapa dihisap oleh tanaman (Hasibuan, 2006).
Phosfor berperan penting didalam transfer energi didalam sel tanaman, misalnya ADP, ATP, berperan dalam pembentukan membran sel, sangat diperlukan untuk pembiakan generatif yakni pembentukan bunga serta bagian-bagianya. Selanjutnya menjadi buah dan bijinya, mendorong dan mningkatkan pembentukan buah, serta perangsang akar dapat memanjang dan kuat. Kadar zat P dalam pupuk dinyatakan dalam % P2O5 (Sutanto, 2004).
Kalium diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K+. Tanah mengandung 400-500 kg kalium untuk setiap 93 m2. Kalium pada tanaman berperan sebagai efisiensi penggunaan air, untuk pertumbuhan zat tepung di dalam tanaman, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit, daun buah dan buah tidak mudah lepas dari tangkainya, lebih tahan terhadap penyakit dan memperluas pertumbuhan akar (Hasibuan, 2008).
Gejala-gejala akibat kekurangan salah satu unsur hara pada tanaman disebut sebagai istilah defisiensi. Kekurangan unsur N pada tanaman mengakibatkan pertumbuhan tanaman yang kerdil dan daun akan mengalami gejala klorosis. Pada unsur P jika tanaman mengandung sedikit sekali unsur P maka pemasakan buah terhambat. Kekurangan unsur K berakibat pada daun-daun yang paling bawah berwarna kuning, dan tanaman rentan terhadap penyakit (Moternsen and Bullard, 1970).




DAFTAR PUSTAKA
Allard. R.W., 1992. Pemuliaan Tanaman, Terjemahan Manna. Rineka Cipta, Jakarta.

Anonim., 1960. Principles of Plants Breeding. University of California, USA.

Ashari. S., 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI-Press, Jakarta.

Decoteau., 2000. Vegetable Crops. Prentice Hill, USA.

Hadie. W., Subandriyo., L.H. Emmawati., dan R.N. Rachman., 2008. Analisis Kemampuam Daya Gabung Pada Genotipe Udang Galah Untuk Mendukung Program Seleksi Dan Hibridisasi. Diakses dari Http://www.dkp.go.id Pada Tanggal 21/04/2008.

Hartmann. H.T and D.E. Kester., 1985. Plant Propogation Principles and Practices. Prentice Hall.INC, New Jersy.

Hasym. H., 2008. Pemuliaan Tanaman. USU-Press, Medan.

Hayes. H.K., F.R. Immer., and D.C. Smith., 1955. Methods of Plant Breeding. Mc Graw-Hill Book company. Inc, New York.

Iriany. R.N., A.M. Takdir., Muzdalifah., M. Marsum., Dahlan., dan Subandi., 2008. Evolusi Daya Gabung Karakter Ketahanan Tanaman Jagung Terhadap Penyakit Bulai Melalui Persilangan Diallel. Di Kutip dari http://202.155.106/download.php, pada tanggal 24/04/2008.

Magnisjah dan Setiawan., 1991. Jagung Hibrida. Rineka Cipta, Jakarta.

Mangoendidjojo. W., 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius, Yogyakarta.

Nurmala. T.S.W., 1998. Serealia Sumber Karbohidrat Utama. Rineka Cipta, Jakarta.

Redaksi Agromedia., 2007. Budidaya Jagung Hibrida. Agromedi, Jakarta.
Rubatzky. V dan M. Yamaguchi., 1998. Sayuran Dunia I, Terjemahan Ir. Catur Horison,MSc. ITB, Bandung.

Splittstoesser. W.E., 1984. Vegetable Growing Handbook, Second Edition. Van Nostrand Reinhold Company, New York.

Thompson. H.C and W.C. Kelly., 1957. vegetable Crops. MC Graw-Hill Book Company, New York.

Walden. D.B., 1987. Maize Breeding and Genetics. A Willey-Interscience Publication, New York.

Welsh. J.R., 1981. Fundamentals of Plant Genetics an Breeding. John-Willey & Sons, New York.

__________., 1991. Dasar-Dasar Genetika Dan Pemuliaan Tanaman, Penerjemah Johanes P Mogea. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Widodo, L., 2003. Penggunaan Marka Molekuler Pada Seleksi Tanaman. di Kutip dari http://Tumotou.ned/imam-widodo,htm pada tanggal 17/04/2008.

Williams. C.N., J.O. Uzo., and W.T.H. Pergerine., 1993. Produksi Sayuran di Daerah Tropika, Penerjemah Soedharoedjian.R. UGM-Press, Yogyakarta.

Wirawan. B., dan S. Wahyuni., 2002. Memproduksi Benih Bersertifikat. Penebar Swadaya, Jakarta.

www.damandiri.or.id., 2008. Daya Gabung, di Akses Tanggal 24/04/2008.

www.deptan.go.id., 2008. Varietas, di Akses Tanggal 24/04/2008.

www.sumutprov.go.id., 2008. Hasil Pertanian Sumut, di Akses Tanggal 24/04/2008.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar