Cari Blog Ini

Selasa, 08 Maret 2011

RESPON PEMBERIAN PUPUK INDUSTRI DAN PUPUK KANDANG DENGAN METODE SUBSTRASKSI TERHADAP PERTUMBUHAN JAGUNG (Zea mays L.) PADA TANAH ULTISOL MANCANG

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jenis plasma nutfah tanaman jagung yang tumbuh di dunia mempunyai banyak jenis atau varietas. Para ahli botani mengidentifikasikan keragaman genetik tanaman jagung ke dalam ras-ras. Identifikasi ras-ras jagung secara besar - besaran yang pertama dilakukan di Meksiko. Penelitian yang sama juga dilakukan di Amerika Serikat. Di benua Amerika telah tercatat 276 ras jagung, tetapi ras-ras jagung yang asli telah terganti dengan varietas atau hibrida-hibrida baru (Rukmana, 1997).
Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain Andosol (berasal dari gunung berapi), Catosol, Utisol, dan Grumosol. Pada tanah bertekstur berat (Grumosol) masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik, tetapi perlu pengolahan secara baik serta aerase dan drainase yang baik pula. Tanah bertekstur lempung atau liat berdebu (Latosol) merupakan jenis tanah terbaik untuk pertumbuhan tanaman jagung. Tanaman jagung akan tumbuh dengan baik pada tanah yang subur dan gembur dan kaya humus (Syahputra, 1999).
Dosis pupuk yang diberikan berbeda-beda tergantung pada tingkat kesuburan dan jenis tanah. Untuk sementara secara umum dapat dianjurkan pemakaian pupuk sebanyak 90-120 kg N, 30-45 kg P2O5 dan 0-25 kg K2O per Ha. Pada tanah – tanah yang cukup mengandung akan kalium, pemupukan dengan unsur ini dapat ditiadakan. Pupuk diberikan secara ditugal sedalam 10 cm, pada kedua sisi tanaman dengan jarak 7 cm. Pada jarak tanam yang rapat pupuk dapat diberikan di dalam larikan yang dibuat di kiri kanan barisan tanaman. Pupuk nitrogen sebaiknya diberikan 2 kali yaitu 1/3 bagian pada waktu tanam bersama-sama dengan seluruh pupuk P dan K, kemudian 2/3 bagian pupuk N diberikan pada waktu tanaman berumur 1 bulan, di dalam lubang atau larikan sedalam 10 cm pada jarak 15 cm dari barisan tanaman (Anonimus, 2008a).
Dewasa ini pemupukan dengan pupuk anorganik atau pupuk buatan penggunaannya semakin meningkat. Hal ini bila berlangsung terus-menerus dapat menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan hara dalam tanah dan rusaknya struktur tanah, sehingga dapat menurunkan produktivitas tanah pertanian. Salah satu alternatif untuk mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah adalah dengan pemberian bahan organik seperti pupuk kandang, selain dapat mengakibatkan kesuburan tanah juga dapat mengurangi pengunaan pupuk buatan yang harganya relatif mahal dan terkadang sulit diperoleh. Pupuk kandang adalah kotoran padat dan cair dari hewan yang bercampur dengan sisa-sisa pakai dan alas kandang (Anonimus, 2008b).
Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk industri dan pupuk kaandang dengan metode substraksi terhadap pertumbuhan jagung (Zea mays L.) pada tanah ultisol Mancang.


Hipotesa Percobaan
Pemberian pupuk kimia dan industri dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) pada tanah ultisol Mancang.
Kegunaan Percobaan
Sebagai sarana untuk dapat mengetahui dosis pupuk kimia dan industri yang tepat untuk pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.).
Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.


TINJAUAN PUSTAKA
Sifat dan Ciri Tanah Ultisol
Ultisol adalah tanah yang telah berkembang dengan profil A/E/Bt/C. dibentuk oleh kombinasi proses lateralisasi dan podsolisasi dengan penekanan pada lateralisasi, di daerah humod panas pencucian sangat menonjol. Di bawah kondisi ini tanah sangat terlapukkan dan horizon A terakumulasi oleh sejumlah Fe oksida yang mengakibatkan warna kuning hingga merah. Pengkayaan horizon B dengan alluvial liat mengakibatkan terbentuknya horizon argilik (Bt). Oleh karena proses pencucian yang sangat drastis, tanah memiliki status basa yang sangat rendah, dengan persen kejenuhan basa di sub soil < 35%. Karena kondisi asam dan status basa, tanah ini memiliki tingkat kesuburan yang sangat rendah. Selain itu, tanah ini juga memiliki tingkat stabilitas agregat yang rendah sehingga sensitif terhadap erosi. Meskipun demikian, tanah ultisol dapat menjadi cukup produktif bila ditambahkan kapur, bahan-bahan organik, pemupukan dan pengelolaan tertentu (Musa, 2006). Pada umumnya ultisol berwarna kuning kecoklatan hingga merah. Ultisol diklasifikasikan sebagai Podsolik Merah Kuning (PMK). Warna merah pada horizon argilik sangat bervariasi dengan hue dan 10 YR hingga 10 R, nilai 3-6 dan kroma 4-8. Warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain bahan organik yang menyebabkan warna gelap atau hitam. Kandungan mineral primer fraksi ringan seperti kuarsa dan plagioklas yang member warna putih keabuan, serta oksidasi bersi seperti geothit dan hematit yang memberikan warna kecoklatan hingga merah. Makin coklat warna tanah umumnya semakin tinggi kandungan geothit, dan semakin merah warna tanah semakin tinggi kandungan hematite (Anonimus, 2008c). Tanah ultisol umumnya mempunyai salah satu syarat untuk basa < 35% karena batas ini merupakan salah satu syarat untuk klasifikasi tanah ultisol menurut Soil Taxonomy. Beberapa jenis tanah ultisol yang mempunyai kapasitas tukar kation < 16 cmol/kg liat, yaitu ultisol yang mempunyai reaksi netral hingga agak asam (pH=5-3, 10), kecuali tanah ultisol dari batu gamping yang mempunyai reaksi netralhingga agak asam (pH=6,80-6,50). Kapasitas tukar kation pada tanah ultisol dari granit, sedimen dan tufa tergolong rendah masing-masing berkisar antara 6,10-6,80 cmol/kg, sedangkan 2,90-7,50 cmol/kg dan 6,11-13,68 cmol/kg, bahan dari volkan andesitik dan batu gamping tergolong tinggi (> 17 cmol/kg). Hasil pemelitian menunjukkan bahwa beberapa tanah ultisol dari bahan volkan, tufa berkapur dan batu gamping mempunyai kapasitas tukar kation tinggi. (Anonimus, 2008c).
Pengolahan tanah merupakan salah satu tahapan penting dan proses reduksi pertanian yang bertujuan untuk meningkatkan produksi. Dengan bantuan penggunaan alat – alat berat sering menimbulkan masalah pemadatan tanah terutama pada lapisan bawah tanah akan menghambat penetrasi akar. Pemadatan tanah dinyatakan sebagai perubahan menurunnya volume atau naiknya berat isi suatu massa tanah. Tanah dan lapisan tanah dapat menjadi padat secara alami akibat dari komposisi teksturnya, kelembaban atau penyebab lain yang terdapat terjadi di tempat tersebut, konservasi tanah dengan variabel kerapatan isi (Bulk Density), ruang pori total, tekstur dan kadar air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan dengan tanpa olah memiliki nilai kerapatan isi yang lebih tinggi dibandingkan dengan olah tanah dalam dan olah tanah konvensional (Anonimus, 2008d).
Tanah ultisol sudah mengandung perkembangan pertanian. Mereka bisa menghasilkan panenan yang baik untuk beberapa awal tahun atau pada saat nutrisi dapat terdekomposisi dan terurai. Pada suatu masalah petani pindah ke tempat lain untuk menggunakan lahan dan mengolahnya. Penanaman yang intensif adalah salah satu langkah untuk menghindari erosi tanah Horizon A (Rai, 1990).
Tanah ultisol mempunyai sebaran yang sangat luas meliputi hampir 25% dari total daratan Indonesia. Penampang tanah yang dalam dan kapasitas tukar kation yang tergolong sedang hingga tinggi menjadikan tanah ini mempunyai peranan yang penting dalam pengembangan pertanian lahan kering. Semua jenis tanaman dapat tumbuh dan dikembangkan pada tanah ini. Kesuburan alami tanah ultisol umumnya terdapat pada horizon A yang tipis dengan kandungan bahan organik yang rendah (Foth, 1990).
Unsur Hara
Nitrogen (N)
Pupuk nitrogen (N) termasuk pupuk kimia buatan tunggal. Jenis pupuk ini termasuk pupuk makro, sesuai dengan namanya, pupuk dalam kelompok ini didominasi oleh unsur nitrogen (N). Adanya unsur lain di dalamnya lebih bersifat sebagai pengikat atau katalisator (Lingga dan Marsono, 2000).
Urea merupakan pupuk dasar utama yang diberikan pada tanaman. Nitrogen yang dikandungnya dilepas dalam bentuk amonia dan sebagian bereaksi dengan tanah membentuk nitrat dan nitrit. Sebagian tanaman, misalnya tembakau, tidak tahan nitrit sehingga tidak baik jika dipupuk dengan urea (Marsono dan Sigit, 1995).
Nitrogen tidak tersedia dalam bentuk mineral alami seperti unsur hara lainnya. Sumber nitrogen yang terbesar berupa udara yang sampai ke tanah melalui air hujan atau udara yang diikat oleh bakteri pengikat nitrogen. Contoh bakteri pengikat nitrogen adalah Rhizobium spp. yang ada di bintil substansi hidup dari sel tumbuhan terdiri dari senyawa nitrogen. Senyawa nitrogen digunakan oleh tanaman untuk membentuk asam amino yang diubah menjadi protein. Nitrogen juga dibutuhkan untuk membentuk senyawa penting seperti klorofil, asam nukleat, dan enzim. Karena itu nitrogen dibutuhkan dalam jumlah relatif besar pada setiap vegetatif seperti pertumbuhangeneratif. Kebutuhan nitrogen mulai berkurang. Tanah suplai nitrogen yang cukup, pertumbuhan tanaman yang baik tidak akan terjadi (Novizan, 1999).
Phosphor (P)
Zat P mudah bersenyawa dengan zat besi dan aluminium, akan tetapi hasilnya sukar diserap oleh tanaman. P biasanya tidak mudah mengalami pelenturan. Zat ini berada dalam tanah sebagai fosfat mineral, kebanyakan dalam bentuk batu kapur fosfat dan dalam bentuk sisa-sisa tanaman dan lain-lain bahan organik, Muria fosfat, Cirebon fosfat, Aljazair fosfat merupakan bentuk-bentuk kapur fosfat. (Sutedjo dan Kartasapoetra, 1987).
Bagi tanaman zat ini berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan akar semai, memacu dan memperkuat pertumbuhan tanaman dewasa pada umumnya, meningkatkan produksi biji-bijian. Unsur-unsur P merupakan bahan pembentuk inti sel, selain itu mempunyai peranan penting bagi pembelahan sel serta bagi perkembangan jaringan meristematik. Dapat membentuk ikatan fosfat berdaya tinggi yang dipergunakan untuk mempercepat proses – proses fisiologis. (Sutedjo dan Kartasapoetra, 1987).
Di dalam tanah, fosfor sebagian besar berada dalam bentuk kalium fosfat (Ca3(PO4)2) yang sulit larut. Karena pengaruh asam di dalam tanah, maka dapat terbentuk kalsium fosfat asam primer (Ca(H2PO4)2) yang mudah larut. Karena itu fosfat / fosfor boleh dikatakan diserap seluruhnya dalam bentuk ion H2PO4-. Namun konsentrasi ion ini di dalam air tanah hanya sedikit, dibandingkan dengan seluruh jumlah fosfat yang berada dalam tanah. Tanaman juga dapat menyerap persenyawaan fosfor organik tertentu (Rinsema, 1993).
Kalium (K)
Unsur kalium merupakan unsur hara yang mudah mengadakan persenyawaan dengan unsur atau zat lainnya, misalnya klor, magnesium. Unsur K berfungsi bagi tanaman yaitu untuk mempercepat pembentukan zat karbohidrat dalam tanaman, memperkokoh tubuh tanaman, memperjuat resistensi terhadap serangan hama/penyakit dan kekeringan dan meningkatakan kualitas biji. Dalam pembentukan biji padi, K merupakan unsur yang penting, menyebabkan tanahnya bernas, bagi pembentukan umbi-umbian unsur K mutlak penting (Sutedjo dan Kartasapoetra, 1987).
Salah satu jenis pupuk kalium yang dikenal adalah KCl. Pupuk KCl yang dikenal selama ini sebagian bersar merupakan hasil tambang. Endapan tambang kalium yang sangat terkenal ada di Perancis dan Jerma. Kandungan utama dari endapan tersebut adalah KCl dan K2SO4 karena umumnya tercampur dengan bahan lain seperti kotoran, pupuk ini harus dimurnikan terlebih dahulu. Hasil pemurniannya mengandung K2O sampai 50%. Jenis inilah yang banyak beredar di pasaran (Marsono dan Sigit, 1995).
Pupuk KCl hasil tambang biasanya berwarna merah atau kemerahan sampai kecoklatan. Hal ini disebabkan bahan ikutan dari alam. Sementara KCl buatan pabrik berwarna putih. Selain bahan hasil tambang ada KCl buatan pabrik yang menggunakan bahan baku dari air laut sebab selain NaCl, air laut juga mengandung KCl. Dari KCl ini dibuat pupuk yang memiliki kemurnian yang sama seperti KCl hasil tambang (Marsono dan Sigit, 1995).
Kalsium (Ca)
Di dalam tanah, kalsium tidak dapat dipindahkan dari satu organ ke organ yang lain (immobil), sehingga jaringan muda yang sedang tumbuh sangat terganggu akibat berkurangnya kalsium. Pasalnya, fungsi kalsium ini adalah untuk membentuk dinding sel yang sangat dibutuhkan dalam proses pembentukan sel baru. Tercukupinya kebutuhan kalsium akan menghasilkan tanaman yang segar. Pada tanaman padi, batangnya menjadi lebih kaku dan tidak mudah rebah. Kalsium juga mendorong terbentuknya buah dan biji yang sempurna (Novizan, 1999).
Kalsium bagi tanaman berfungsi untuk mengatur kemasaman tanah, tubuh tanaman, pertumbuhan akar tanaman, pertumbuhan daun tanaman dan menetralisir akumulasi racun dalam tubuh tanaman. Unsur K berperan dalam mengatur proses fisika dan kimia. Ion Ca+ menyebabkan dehidrasi, memengaruhi rumah tangga air tanaman yang sifatnya antagonik dengan ion K+. Ion Ca+ berperan penting pula bagi pertumbuhan tanaman ke arah atas dan pembentukan kuncup (Sutedjo dan Kartasapoetra, 1987).
Kalsium diserap tanaman sebagai bentuk kation Ca2+. Ion kalsium diambil tanaman dapat berasal dari larutan tanah dan dipermukaan liat (bentuk dapat ditukar) melalui intersepsi akar atau kontak pertukaran. Berdasarkan penelitian kadar Ca2+ dalam larutan tanah sekitar 15 ppm cukup untuk pertumbuhan jagung dengan produksi tinggi, sedangkan untuk media tumbuh tanaman berupa larutan biasanya dibutuhksn konsentrasi sekitar 100 hingga 300 ppm. Kadar Ca2+ dalam larutan tanah pada daerah – daerah dengan curah hujan tinggi biasanya sedikit (Winarso, 2000).
Magnesium (Mg)
Magnesium berfungsi bagi tanaman yaitu untuk menyehatkan khlotofil, mengatur peredaran zat P dalam tubuh tanaman dan mengatur peredaran zat karbohidrat dalam tubuh tanaman. Magnesium merupakan komponen zat klorofil yang memainkan suatu peranan dalam beberapa reaksi enzim. Sumber-sumber magnesium yaitu Dolomitic Limestone (CaCO3MgCO3), Sulfat Potash Magnesium, Epsom Salt (MgSO47H2O), kie serit, Magnesia (MgO), Serpentin (Mg3SiO2(OH)4), Magnesit (MgCO3) (Sutedjo dan Kartasapoetra, 1987).
Sumber utama magnesium adalah batu kapur dolomit, merupakan bahan yang sangat baik memberikan Ca dan Mg selain untuk menetralisir keasaman tanah. Sumber lain meliputi K-Mg sulfat, Mg sulfat, Mg klorida, Mg oksida, dan sebagainya. Bentuk Mg sulfat lebih larut dibandingkan dengan batu kapur dolomit sehingga dapat digunakan sebagai bahan pupuk Mg yang segera dibutuhkan tanaman (Winarno, 2000).
Pupuk magnesium tergolong pupuk tunggal yang manfaatnya sudah dijelaskan. Ada 2 macam pupuk magnesium yaitu kiserit dan dolomit. Kedua pupuk ini digunakan untuk meningkatkan pH tanah sehingga lazim disebut kapur pertanian (Lingga dan Marsono, 2000).
Defenisi Unsur Hara
Nitrogen (N)
Kekurangan unsur nitrogen dapat menyebabkan pertumbuhannya kerdil, daun tampak kekuning-kuningan dan sistem perakaran terbatas (Anonimus, 2008c).
Pengaruh negatif dari nitrogen anatara lain yaitu tanaman rebah, meningkatnya tanaman terhadap penyakit, tanaman terlambat masak dan kualitas produk kurang baik, rebahnya tanaman terutama pada tanaman gandum berakhirnya sangat buruk. Banyak nitrogen menurunkan kadar karbohidrat pada kentang dan kadar gula pada bit gula (Rinsema 1993).
Selain kelebihan yang dimilikinya adapun kekurangan nitrogen adalah sangat higroskopis sehingga unsur mudah hilang, sangat mudah larut sehingga unsur hara mudah menguap, mudah basah dan hancur dan unsur hara yang termanfaatkan hanya 30-50% (Marsono dan Sigit, 1995).
Kelebihan nitrogen menyebabkan pertumbuhan vegetatif memanjang (lambat panen), tanaman mudah rebah, pada padi menurunkan kualitas butir sehingga produksi turun dan sangat respon terhadap serangan hama dan penyakit (Anonimus, 2008c).
Fosfat (P)
Gejala defisiensi fosfat pada tanaman adalah ditandai dengan menguningnya pucuk dan tepian dedaunan bawah kemudian menggulung dan mengering (Hanafiah, 2005).
Gejala defisiensi fosfat juga dapat menyebabkan hangusnya tetepian dedaunan bawah, daging daun membengkak dan mengenting serta menguningnya tepi daun bagian bawah (Hanafian, 2005).
Kekurangan fosfat akan menampakkan gejala pertumbuhan yang terhambat karena terjadi gangguan pada pembelahan sel. Daun tanaman menjadi warna hijau tua yang kemudian menjadi ungu dan terjadi pada cabang dan batang tanaman muda. Terlambatnya masa pemasakan buah dan biji serta tanaman kerdil (Hakim dkk, 1986).
Kelebihan fosfat pada tanaman akan menyebabkan pertumbuhan tanaman kerdil. Pada tanaman jagung daun meruncing berwarna hijau gelap, terjadi pematangan dini (Rinsema, 1993).
Kalium (K)
Kekurangan kalium menyebabkan :
Pertumbuhan kerdil
Daun kelihatan kering dan terbakar pada sisi-sisinya
Menghambat pembentukan hidrat arang pada biji
Permukaan dau memperlihatkan gejala klorofil yang tidak merata
Munculnya bercak cokelat mirip gejala penyakit pada bagian yang berwarna hijau gelap (Anonimus, 2008c).
Gejala untuk defisiensi K pada tanaman :
1)Jagung : ditandai menguningnya pucuk dan tepian dedaunan bawah, yang tetepiannya ini kemudian mengering dan menggulung ke bawah.
2)Kentang : ditandai dengan hangusnya tetepian dedaunan bawah, daging daun membengkok dan mengering.
3)Kedelai : dicirikan oleh menguningnya tepian daun bawah.
(Hanafiah, 2005).
Gejala kekurangan kalium umumnya terlihat seperti daun terbakar. Pada tanaman padi-padian gejala terbakar ini dimulai dari pucuk terus ke bawah dari pinggir daun. Pada tanaman jagung akan terdapat pada daun yang menguning mulai dari ujung terus ke sisi daun sebelah bawah, sering terjadi pada daerah di antara urat daun yang kemudian daun mengkerut (Hakim, dkk, 1986).
Kelebihan kalium pada tanaman dapat menyebabkan daun cepat menua sebagai akibat kadar magnesium daun dapat menurun dan kadang-kadang menjadi tingkat terendah sehingga aktivitas fotosintesis terganggu. Munculnya bercak coklat yang mirip gejala penyakit pada bagian yang berwarna hijau gelap dan menghadap pembentukan hidrat arang pada biji. Kelebihan kalium juga dapat menurunkan ketersediaan Mg. Mg yang berlebihan dalam tanah karena terlalu sering menggunakan dolomit atauMg akan mengganggu penyerapan K dan Ca (Anonimus, 2008c).
Kalisum (Ca)
Gejala kekurangan kalsium dapat ditunjukkan sebagai berikut :
Matinya titik tumbuh pada pucuk dan akar
Kuncup bunga dan buah gugur prematur
Warna buah yang tidak merata
Buah retak-retak, misalnya pada tomat
Tangkai bunga membusuk, terutama pada tomat dan cabai
Buah kosong karena bijinya gagal terbentuk, misalnya pada kacang
Daun muda berwarna coklat dan terus menggulung, misalnya pada jagung
Daun terpilin dan mengerut, terutama pada tembakau
(Novizan, 1999).
Defisiensi kalsium dicirikan dari matinya kuncup, ujung-ujung akar mati sehingga pertumbuhannya terganggu. Unsur kalsium tidak mobil dalam tanaman sehingga bila terjadi difisiensi unsur ini tidak diangkut dari bagian tua ke bagian yang muda dari tanaman (Hakim, dkk, 1986).
Gejala kekurangan kalsium yaitu antara lain tunas dan akar tidak dapat tumbuh (berkembang) karena pembelahan sel terhambat. Pada jagung, ujung-ujung daun menjadi coklat dan melipat serta terkulai ke bawah saling melekat dengan daun di bawahnya (menggulung) (Hardjowigeno, 1989).
Kelebihan kalsium dalam tanah dapat menyebabkan ketidakseimbangan unsur hara yang menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak baik. Jika Mg dan Ca bercampur dan berlebihan reaksinya sangat hebat yaitu melepaskan energi temperatur tinggi sehingga dapat membunuh mikroba di sekitarnya (Winarno, 2000).
Magnesium (Mg)
Defisiensi Magnesium ditandai adanya klorosis pada sebagian dedaunan tua (terkait dengan fungsinya sebagai salah satu penyusun klorofil) dan kadang kala berwarna merah, tepi dan ujung daun terlihat menggulung. Kadangkala menyebabkan penuaan daun yang terlalu dini. Pada tanaman kopi ditandai dengan menguningnya daging daun tua dengan tulang yang tetap hijau (Hanafiah, 2005).
Gejala kekurangan magnesium antara lain yaitu magnesium mobil dalam tanaman, defisiensi pada daun - daun tua. Daun menguning karena pembentukan klorofil terganggu. Pada jagung terlihat jelas garis – garis kuning pada daun dan pada daun muda keluar lendir (gel) terutaman bila sudah lanjut (Hardjowigeno, 1989).
Defisiensi magnesium pada tanaman juga dapat terjadi pada tanaman yang ditanam pada tanah yang mempunyai perbandingan Ca/Mg dapat ditukar sangat besar. Perbandingan yang ideal adalah tidak labih dari 7:1. Pada sebagian basar humid, tanah bertekstur besar dan dikapur kalsit terus-menerus dapat meyebabkan gangguan Ca dan Mg yang akhirnya menyebabkan defisiensi Mg (Winarso, 2000).
Kelebihan magnesium menyebabkan daun bercak – bercak warna cokelat, klorosis, memerah secara khas seperti pada tanaman kapas, dan terkadang dengan bercak mati. Ujung dan tepi daun melengkung kebawah atau keatas sertai tangkai daun pipih. Peredaran unsur P dan Ca terganggu sehingga banyak enzim yang tidak bereaksi (Sutedjo dan Kartasapoetra, 1987).



Pupuk Kandang Sapi
Kotoran sapi merupakan limbah ternak yang dapat diproses menjadi pupuk kandang. Baha organik dalam kotoran sapi dapat dikomposisikan oleh bakteri indigen menjadi senyawa anorganik yang dapat diserap langsung oleh tanaman. Pembuatan pupuk kandang matang dapat dilakukan dengan cara dekomposisi anaeraob dan aerob dari kotoran sapi. Kedua proses dekomposisi tersebut mengahasilkan pupuk yang berbeda kualitasnya (Anonimus, 2008).
Aplikasi pupuk kandang yang sudah bercampur dengan sisa-sisa pakan ternak tidak dapat langsung digunakan sebagai pupuk. Agar dapat digunakan sebagai pupuk, kotoran ternak harus mengalami proses pelapukan (dekomposisi) terlebih dahulu. Proses pelapukan dapat dilakukan dengan cara menyimpan kotoran ternak segar di dalam lubang atau karung plastik selama kurang labih 3 bulan (Anonimus, 2008).
Keistimewaan pupuk kandang antara lain yaitu merupakan pupuk yang lengkap yang mengandung semua hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman dan juga mengandung hara mikro. Pupuk kandang mempunyai pengaruh untuk jangka waktu yang lama dan merupakan gudang makanan bagi tanaman yang berangsur-angsur menjadi tersedia. Pupuk kandang memiliki kelebihan yaitu dapat memperbaiki strukutr tanah sehingga aerasi di dalam tanah semakin membaik, meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan, meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga hara yang terdapat dalam tanah mudah tersedia bagi tanaman, mencegah hilangnya hara (pupuk), mengandung hormon pertumbuhan yang dapat memacu pertumbuhan tanaman (Anonimus, 2008).
Jenis Tanaman Jagung
Jagung tumbuh dengan baik pada tanah yang lepas dimana memiliki banyak bahan-bahan organik dan makanan tanaman. Buatlah kebun tanaman jagung Anda pada tempat yang memiliki tanah yang baik. Pertama bersihkan lahan dan bakar semua kayu-kayu dan rumput liar. Jika tanahnya sudah lepas, tanahnya tidak perlu digali lagi. Tapi lebih baik Anda memagari sekeliling kebun jagung Anda (Sutherland, 1988).
Tanah yang dikehendaki adalah gembur dan subur, karena tanaman jagung memerlukan aerasi dan pengairan yang baik. Jagung dapat tumbuh baik pada berbagai macam tanah. Tanah lempung berdebu adalah yang paling baik bagi pertumbuhannya. Tanah-tanah berat masih dapat ditanami jagung dengan pengerjaan tanah lebih sering selama pertumbuhannya sehingga aerasi dalam tanah berlangsung dengan baik. Air tanah yang berlebihan di buang melalui saluran pengairan yang dibuat di antara barisan jagung. Keasaman tanah (pH) yang terbaik untuk jagung adalah sekitar 5,5-7,0. Tanah dengan kemiringan tidak lebih dari 8% masih dapat ditanami tanaman jagung dengan arah barisan tegak lurus terhadap miringnya tanah dengan maksud mencegah keganasan erosi yang terjadi pada waktu turun hujan besar (Suprapto, 1990).
Plasma nutfah tanaman jagung yang tumbuh di dunia mempunyai banyak jenis atau varietas. Para ahli botani mengidentifikasikan keragaman genetik tanaman jagung ke dalam ras-ras. Identidikasi ras-ras jagung secara besar-besaran yang pertama dilakukan di Meksiko. Penelitian yang sama dilakukan di Amerika Serikat. Di benua Amerika telah tercatat 276 ras jagung,tetapi ras-ras ajgung yang asli telah diganti dengan varietas atau hibrida (Purwono dan Hartono, 2005).
Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 50o LU - 40oLS. Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan selama masa perumbuhan. Sebaliknya tanaman jagung mendapatkan sinar matahari langsung agar hasil yang diperoleh akan maksimal. Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat. Suhu yang dikehendaki tanaman jagung untuk pertumbuhan terbaiknya adalah 27oC - 32oC. pada proses perkecambahan banih jagung memerlukan suhu sekitar 30oC (Syahputra, 1999).



DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, 2003. Peningkatan Keefektifan Dekomposisi Pupuk Kandang Segar Melalui Rekayasa Lingkungan Hidup Mikroba. Dikutip dari http://www.library@lib.unair.ac.id. 1 Page. 10 April 2008.

Anonimus, 2008a. Jagung. Dikutip dari http://www.wordpress.com. 2 Pages. 10 April 2008.

_________, 2008b. Pupuk Kandang. Dikutip dari http://www.pustaka-deptan.go.id/agritek/atbro.pdf. 1 Page. 10 April 2009.

_________, 2008c. Tanah Ultisol. Dikutip dari http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi.pdf. 2 Pages. 10 April 2008.

_________, 2008d. Potensi Tanah Ultisol. Dikutip dari http://www.unila.ac.id. 1 Page. 10 April 2008.

_________, 2008e. NPK. Dikutip daro http://www.pustaka-deptan.go.id/agritek. 2 Pages. 10 April 2008.

_________, 2008f. Pupuk Kandang. Dikutip dari http:// www.disnak.jabar.go.id/data/arsip/kotoranternak.pdf. 1 Page. 10 April 2008.

Foth, H.D., 1990. Fundamentals of Soil Science. John Willey & Sons, New York.

Hakim, N., Nyakpa, M. Y., Lubis, A. M., Nugroho, S. G., Saul, M. R., Diha, M.A., Hong Go Ban dan Bailey, H. H., 1986. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung Press, Lampung.

Hanafiah, K. A., 2005. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Rajawali, Jakarta.

Hardjowigeno, S., 1989. Ilmu Tanah (edisi revisi). Media Sarana Perkasa, Jakarta.

Lingga, P. dan Marsono., 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk (edisi revisi). Penebar Swadaya, Jakarta.

Marsono dan Sigit, P., 1995. Pupuk Akar Jenis dan Aplikasinya. Penebar Swadaya, Jakarta.

Musa, L., 2006. Dasar IlmuTanah (Fundamentals Of Soil Science). Universitas Sumatera Utara Press, Medan.

Novizan., 1999. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Purwono dan Hartono, R., 2005. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rai, M. M., 1990. Principle of Soil Science. Longman Scientific Company, New York.

Rinsema, W. T., 1993. Pupuk Dan Cara Pemupukan (Diterjemahkan Oleh H. M. Saleh). Bhratara, Jakarta.

Rukaman, R., 1997. Usaha Tani Jagung. Kanisius, Jakarta.

Sutherland, J. A., 1988. Introduction to Tropical Agriculture Third Edition. Mc Graw Hill Book Company, Sidney.

Suprapto., 1990. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya (anggota IKAPI), Jakarta.

Syahputra, M. G., 1999. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya (anggota IKAPI), Jakarta.

Sutedjo, M. M dan Kartasapoetra, A. G., 1987. Pengantar Ilmu Tanah. Bina Aksara, Jakarta.

Winarso, S., 2000. Kesuburan Tanah Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Gava Media, Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar