Cari Blog Ini

Selasa, 08 Maret 2011

TATA NIAGA SEBAGAI KEGIATAN PRODUKTIF DAN BERSIFAT KOMPLEKS

Tataniaga Sebagai Kegiatan Produktif

Tataniaga Menembah Nilai Guna Dari Barang-Barang Dan Jasa-Jasa
Dalam teori ekonomi lama ada pendapat mengatakan bahwa kegiatan dalam perusahaan yang produktif hanyalah dalam sektor produksi saja. Misalnya menanam padi, beternak, dan lain-lain. Kemajuan peradaban, teknologi dan perkembangan ekonomi telah merobah pandangan tersebut yaitu bahwa setiap usaha yang dapat memberikan faedah atau guna (utility) adalah sesuatu yang juga termasuk kegiatan yang produktif.
Beberapa ahli ekonomi menggambarkan produksi itu sebagai penciptaan nilai guna (utility), yaitu proses bagaimana membuat barang dan jasa bermanfaat. Proses penciptaan nilai guna tersebut merupakan kegiatan productive, yang selanjutnya dapat digolongkan ke dalam: (a) place utility (kegunaan karena tempat), (b) form utility (kegunaan karena bentuk), (c) possesion/ ownership utility (kegunaan karena milik) dan, (d) time utility (kegunaan karena waktu).
Kegiatan tata niaga umumnya kebanyakan berorientasi dengan utility tersebut. Sebagai contoh, pohon-pohon kayu di hutan belantara secara ekonomis tidak punya nilai guna, akan tetapi bila ditebang dan diangkat ke kampung paling sedikit bernilai guna untuk bahan bakar (Place Utility). Jelas dalam hal ini ada korban (input) kegiatan desa (paling sedikit tebang). Bila kayu balok tadi dipotong dan dijadikan papan atau beroti (perobahan bentuk), maka faedah kegunaan semakin ditingkatkan (Form Utility). Bila dilanjutkan lagi papan diolah menjadi lemari, meja dan lain-lain. Perubahan bentuk ini semakin memberi nilai kegunaan yang lebih tinggi. Para tukang pembuat lemari, meja dan lain-lain, akan
menjualnya kepada konsumen (karena dibutuhkan) yang memberikan kepuasan (faedah) atau kegunaan baginya. Maka terjadilah peralihan pemilikan (Possesion Utility) atau (Ownership Utility) melalui proses jual beli. Barang-barang dan jasa selalu dibutuhkan pada waktu-waktu tertentu. Jadi barang harus tersedia setiap saat dibutuhkan oleh konsumennya (kegunaan waktu (time utility). Kegiatan menyimpan barang, misalnya pada saat panen harganya turun dan pada waktu paceklik dijual, termasuk dalam kegunaan waktu (Time Utility). Dengan penjelasan melalui contoh diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tata niaga itu adalah kegiatan yang produktif.
Bertitik tolak dari tinjauan tata niaga dari aspek kegunaan maka defenisi tata niaga adalah “segala kegiatan manusia yang berhubungan dengan penciptaan nilai guna dari barang-barang dan jasa-jasa”.
Alex Nitisemito menggambarkan arti pentingnya tata niaga sebagai berikut: “tidak ada suatu perusahaan yang mampu bertahan bilamana perusahaan tersebut tidak mampu memasarkan/menjual barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkannya. Oleh karena itu bilamana suatu perusahaan dimisalkan sebagai tubuh manusia maka kegiatan tata niaga itu dapatlah dimisalkan sebagai kegiatan jantung manusia. Apabila jantung terganggu maka seluruh tubuh juga akan terganggu dan apabila “jantung” berhenti, maka matilah perusahaan tersebut. Disamping pendapat yang menyatakan tata niaga produktif ada pula pendapat menyatakan tata niaga tidak produktif. Pendapat ini diajukan dengan latar belakang kehidupan Robinson Cruses disuatu pulau. Sudah barang tentu dijaman ini fungsi pertukaran belum memainkan peranan.

Tata Niaga Menekankan Cara Suatu Produksi Dapat Sampai Ke Tangan Konsumen
Tata niaga merupakan salah satu cabang aspek pemasaran yang menekankan cara suatu produksi dapat sampai ke tangan konsumen. Tata niaga dapat dikatakan efisien apabila mampu menyampaikan hasil produksi kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya dan mampu mengadakan pembagian keuntungan yang adil
Tataniaga bisa diartikan sama dengan pemasaran atau distribusi yaitu suatu kegiatan ekonomi yang berfungsi menyampaikan barang dari produsen kekonsumen. Disebut tataniaga karana niaga berarti dagang sehingga tataniaga mempunyai arti pula segala sesuatu yang menyangkut aturan media dalam hal perdagangan barang-barang.
Perekonomian yang menyangkut persoalan cara kita hidup dapat dibagi ke dalam tiga aspek pokok, yaitu :
1. Produksi, merupakan tindakan pembuatan barang-barang yang berkaitan dengan penciptaan atau penambahan kegunaan daripada barang dan jasa.
2. Distribusi, merupakan tindakan yang bertalian dengan pergerakan barang dan jasa dari produsen ke konsumen.
3. Konsumsi, merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pemakaian danpenurunan mutu dan kegunaan dari barang dan jasa.


Tataniaga Mampu Mengatasi Karakteristik/Fenomenal Pada Produk Pertanian
Karakteristik produk Pertanian, antara lain:
Voluminous
Memerlukan ruang dan biaya penyimpanan yang relatif besar
Biaya pengangkutan mahal
Harga produk relatif sangat kecil dibandingkan dengan volumenya
Biaya total pemasarannya seringkali jauh lebih besar secara proporsional dibandingkan dengan biaya produksinya
Penawaran produknya relatif kecil:
Secara perorangan petani pada umumnya merupakan suplier kecil yang tidak memiliki posisi tawar dalam menentukan harga. Penetapan harga pada umumnya dikuasai oleh pelaku pasar lain
Mudah rusak / perishable
Produk agronomi dikenal tidak tahan lama dan sangat mudah rusak. Hal ini disebabkan antara lain oleh rendahnya kualitas penanganan pasca panen, kandungan air yang relatif tinggi dan faktor-faktor lain yang lekat dengan karakteristik biologis dan fisiologis produk agronomi itu sendiri.
Tergantung pada alam
Produk agronomi bersifat spesifik dalam kaitannya dengan factor klimatologi. Seluruh aspek alamiah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap produk agronomi. Produk tertentu hanya dapat ditanam pada kondisi alam tertentu dan dipanen hanya di musim-musim tertentu. Perubahan kondisi
alam di luar kecenderungan alamiahnya akan berakibat pada kegagalan panen. Berdasarkan sifat semacam ini produk agronomi tergolong produk beresiko tinggi.
Bersifat musiman
Ketersediaan produk agronomi bersifat musiman, pada saat panen produk tersedia di pasar dalam jumlah melimpah sebaliknya sebelum dan sesudah saat panen terjadi kelangkaan pasokan di pasar. Hal ini menciptakan struktur harga pasar yang tidak menguntungkan bagi produk agronomi sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran (harga turun bila terjadi kelebihan pasokan dan harga naik bila terjadi kekurangan pasokan produk di pasaran).
Memiliki banyak produk substitusi
Baik sebagai produk yang langsung dikonsumsi maupun sebagai input produksi produk agronomi bersifat substitusi satu sama lain. Artinya kebutuhan akan satu jenis produk agronomi jika tidak tersedia maka dapat digantikan dengan jenis produk agronomi yang lain


Tataniaga Bersifat Kompleks

Pemasaran Produk Pertanian Umumnya Bersifat Konsentrasi-Distributif
Proses pembelian hasil produksi petani dari sentra produksi dan diteruskan ke daerah konsentrasi konsumsi berlangsung sulit dan mahal sebab pemasaran produk pertanian umumnya bersifat konsentrasi-distributif, tidak seperti produk industri yang proses pemasarannya berlangsung secara distributive.

Tataniaga Mengikutsertakan Beberapa Lembaga Pemasaran
Proses tataniaga, dilaksanakan bersama atau dengan mengikutsertakan beberapa lembaga pemasaran lain yang membantu terjalinnya pertemuan antara penjual dan pembeli. Mereka melakukan berbagai kegiatan mulai dari pembelian, penjualan, pengangkutan, pengolahan, penyimpanan, pengepakan dan lain sebagainnya (Hanafiah dan Saefuddin, 1983).
Selanjutnya banyaknya lembaga tataniaga yang terlibat dalam pemasaran hasil pertanian akan mempengaruhi panjang pendeknya rantai tataniaga dan besarnya biaya tataniaga. Besarnya biaya tataniaga akan mengarah pada semakin besarnya perbedaan harga antara petani produsen dengan konsumen. Hubungan antara harga yang diterima petani produsen dengan harga yang dibayar oleh konsumen pabrikan sangat bergantung pada struktur pasar yang menghubungkannya dan biaya transfer. Apabila semakin besar margin pemasaran ini akan menyebabkan harga yang diterima petani produsen menjadi semakin kecil dan semakin mengindikasikan sebagai sistem pemasaran yang tidak efisien (Tomek and Robinson, 1990).


Sentra Produksi Pertanian Yang Tersebar Sangat Jauh Dari Tempat Konsumen
Pada kenyataannya pemasaran hasil pertanian yang diproduksi pada sentra produksi yang tersebar sangat jauh dari tempat konsumen (baik itu perdagangan dalam suatu daerah, antar daerah (pulau), bahkan antar negara). Atau dengan kata lain jarang sekali (sangat sedikit) produsen berhadapan langsung (melakukan transaksi) dengan konsumen akhir. Oleh sebab itu perlu mempelajari margin pemasaran dalam tataniaga pertanian. Margin pemasaran ditinjau dari dua sisi, yaitu pandangan harga dan biaya pemasaran.

Kegiatan-Kegiatan Tataniaga Meliputi Beberapa Proses
Kegiatan-kegiatan tataniaga yang dilihat berdasarkan arus barang yang meliputi beberapa proses, yaitu (Hanafiah dan Saefuddin, 1983) :
1. Proses pengumpulan
Pengumpulan merupakan proses pertama dari arus barang. Barang-barang yang dihasilkan dalam jumlah kecil dikumpulkan menjadi jumlah yang besar, agar dapat disalurkan ke pasar-pasar eceran secara lebih efisien.
2. Proses pengimbangan
Pengimbangan merupakan proses tahap kedua dari arus barang, terjadi antara proses pengumpulan dan proses penyebaran. Proses pengimbangan merupakan tindakan penyesuaian antara permintaan dan penawaran berdasarkan tempat, waktu, jumlah dan kualitas


3. Proses penyebaran
Penyebaran merupakan proses tahap akhir daripada arus barang, dimana barang-barang yang telah terkumpul disebarkan ke konsumen atau pihak yang menggunakannya.

Adanya Beberapa Biaya Pemasaran dan Margin Biaya
Biaya pemasaran adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam proses transfer barang (produk) dari tangan produsen samapi ketangan konsumen akhir.
Pembiayaan pemasaran adalah pembiayaan kegiatan dan investasi modal terhadap barang dan fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam proses tataniaga.
Besar kecilnya biaya tataniaga hasil pertanian tergantung dari volume (besar kecilnya) lembaga-lembaga tataniaga melakukan kegiatan fungsi-fungsi tataniaga, dan jumlah fasilitas yang diperlukan dalam proses transfer barang.
Misal: biaya tataniaga padi akan lebih besar dari biaya tataniaga sayur-sayuran (bayam dan kangkung), karena fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemsaran pada dua komoditi yang berbeda ini juga berbeda. Pada tataniaga padi lembaga pemasaran yang terlibat akan melakukan fungsi-fungsi tataniaga yang memerlukan biaya yang lebih besar, seperti: mengumpulkan padi dari berbagai petani, penyimpanan (memerlukan biaya gudang), pengolahan padai menjadi beras (biaya pengolahan), pengagungkatan, pengepakan (kemasan), dan lain-lain. Sedangkan tataniaga sayuran pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran lebih sederhana, misalnya setelah sayuran dipetik dapat langsung dipasarkan ke pedagang pengecer.
Jenis-jenis biaya tataniaga:

1. Biaya persiapan dan pengepakan produk (Preparation and packaging cost), kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam komponen ini adalah:
Pembersihan
Sortasi dan grading
Pengepakan
2. Biaya penanganan (handling cost), mencakup kegiatan-kegiatan:
Penimbangan
Pengepakan ulang produk pada pedagang perantara
Bongkar dan muat produk dari alat angkut
Sortasi dan grading ulang oleh pedagang
3. Biaya pengangkutan (transportation cost), mencakup:
Biaya angkut per unit produk (jika menggunakan angkutan umum)
Biaya bahan bakar, perbaikan alat angkutan
Asuransi dan pajak yang harus dibayar dari angkutan
Biaya lain-lain selama produk dalam perjalanan
4. Kehilangan produk (product losses), yaitu kehilangan atau penyusutan produk yang terjadi selama pengankutan, penyimpanan atau akibat kegiatan-kegiatan lain seperti pada waktu pencucian, handling, sortasi dan grading yang dilakukan. Biaya kehilangan produk dihitung dengan mengasumsikan produk yang hilang tersebut terjual.
5. Biaya penyimpanan (storage cost), mencakup:
Biaya fisik penyimpanan akibat penggunaan tempat penyimpanan, seperti penyusutan gedung, keamanan, listrik, dll

Biaya perbaikan kualitas produk selama penyimpanan, seperti biaya pembelian bahan-bahan kimia.
Biaya yang termasuk dalam biaya kehilangan produk
Biaya finansial (financial cost) yang harus diterima pemilik produk selama produk dalam gudang penyimpanan.
6. Biaya pengolahan (processing cost), mencakup seluruh biaya yang digunakan dalam proses transformasi produk primer menjadi produk olahan, seperti bahan bakar, tenaga kerja, penyusutan alat.
Hal penting yang harus diperhatikan dalam biaya pengolahan adalah faktor konversi produk primer menjadi produk olahan, seperti 1 kg padi dikonversikan dengan 65-70 persen beras setelah di huller.
Untuk menghitung biaya pengolahan perlu diketahui:
Faktor konversi
Jumlah (kuantitas) produk
Biaya pengolahan
7. Fees, commissions and unofficial payments, mencakup biaya-biaya yang dibayar oleh lembaga pemasaran, seperi biaya-biaya pengurusan izin usaha, biaya komisi yang dibayarkan kepada agen dan pedagang besar, serta biaya-biaya tidak resmi lainnya yang dibayarkan oleh lembaga pemasaran selama proses pemasaran produk.


DAFTAR PUSTAKA


Azzaino, Z. 1982. Pengantar Tata Niaga Pertanian. Departemen Pertanian Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor

Sudiyono, A. 2001. Pemasaran Pertanian. Penerbit Universitas Muhamadiyah Malang. (UMM Press). Malang.




\

1 komentar:

  1. Saya akan merekomendasikan siapa pun yang mencari pinjaman Bisnis ke Le_Meridian, mereka membantu saya dengan pinjaman Empat Juta USD untuk memulai bisnis Quilting saya dan itu cepat. Ketika mendapatkan pinjaman dari mereka, mengejutkan betapa mudahnya mereka bekerja. Mereka dapat membiayai hingga jumlah $ 500,000,000.00 (Lima Ratus Juta Dolar) di wilayah mana pun di dunia selama ada 1,9% ROI yang dapat dijamin pada proyek tersebut. Prosesnya cepat dan aman. Itu benar-benar pengalaman positif. Hindari penipu di sini dan hubungi Layanan Pendanaan Le_Meridian Di. lfdsloans@lemeridianfds.com / lfdsloans@outlook.com. WhatsApp ... + 19893943740. jika Anda mencari pinjaman bisnis.

    BalasHapus