Cari Blog Ini

Selasa, 08 Maret 2011

SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI)

SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI)




Pendahuluan

SRI (System of Rice Intensification) adalah teknik budidaya padi yang mampu meningkatkan produktifitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara. Metode ini terbukti telah berhasil meningkatkan produktifitas padi sebesar 50%, bahkan di beberapa tempat mencapai lebih dari 100%. Sampai dengan tahun 2006, SRI telah berkembang di 36 negara (Telecenter, 2008).
SRI pertama kali dikembangkan oleh seorang Pastur Jesuit Father Henri de Laulaníe pada tahun awal 1980-an di Madagaskar. Mulai berkembang ke luar Madagaskar pada tahun 1997 dan sekarang telah diadopsi di berbagai Negara (Cina, India, Sri Lanka, Banglades, philipina dan Indonesia, dan lain-lainnya). Di Indonesia mulai diuji coba pada tahun 2004. SRI involves the use of certain management practices which together provide better growing conditions for rice plants, particularly in the root zone, than those for plants grown under traditional practices. Pengertian SRI di Indonesia merupakan usahatani padi sawah irigasi secara intensif dan efisien dalam pengelolaan tanah, tanaman dan air melalui pemberdayaan kelompok dan kearifan lokal serta berbasis pada kaidah ramah lingkungan (Deptan, 2007).
SRI dikembangkan di Madagascar 20 tahun yang lalu oleh Fr. Henri de Laulanié, S.J., yang menghabiskan waktu selama 34 tahun bekerja bersama petani, mengamati, bereksperimen, dan juga mendapatkan ‘keberuntungan’ pada masa 1983.
1983 – Mengumpulkan cara pengelolaan SRI setelah 20 tahun
1994 – Tefy Saina dan CIIFAD mulai bekerjasama
1999 – Dengan bantuan CIIFAD, khususnya dari Prof Norman Uphoff, SRI menyebar ke negara lain.
1999 – Nanjing Agricultural University di China dan AARD (Agency for Agriculture Research and Development) di Indonesia melakukan percobaan pertama di luar Madagascar
2006 – Validasi pengaruh SRI di 20+ negara lain dengan hasil positif : Bangladesh, Benin, Cambodia, Cuba, Gambia, Guinea, India, Laos, Mali, Mozambique, Myanmar, Nepal, Pakistan, Peru, Philippines, Senegal, Sierra Leone, Sri Lanka, Thailand dan Vietnam (Bustanulm , 2007).
Tanaman padi mempunyai potensi besar untuk menghasilkan produksi dalam taraf tinggi, jika terpenuhinya kondisi yang mendukung secara optimal untuk pertumbuhannya. Berdasarkan data yang ada, jaringan irigasi di Jawa Barat yang saat ini tergolong rusak ringan sebesar 27 % dan yang rusak berat 13 %. Produksi padi Jawa Barat, 15%nya termasuk dalam produsen padi nasional. Menurut Darmawan, peningkatan padi sebesar 5% dapat dicapai melalui peningkatan intensitas tanam dan teknologi pertanian (Pusdata, 2008)


System of Rice Intensification (SRI)

SRI adalah sistem budidaya padi yang mampu meningkatkan produktivitas tanaman dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara. Di dalam seminar juga dikatakan bahwa budidaya padi dengan sistem SRI yang baru dikembangkan di Jawa Barat, Bali, Sulawesi, NTB dan NTT dapat memberikan hasil panen yang cukup menggembirakan. Metode System of Rice Intensification (SRI) yang telah dikembangkan di kawasan Indonesia timur sejak beberapa tahun lalu itu terbukti mampu meningkatkan produksi beras hingga rata-rata 78 persen (Mahasiswa, 2008).
Metode SRI mampu menghemat penggunaan air hingga 40 persen, dan beras yang dihasilkan praktis tidak ada kadar gulanya. SRI juga mampu menghemat biaya produksi petani karena hanya memerlukan bibit 5 kg per hektar, dibandingkan cara konvensional yang membutuhkan 25 kg per hektar. Ujicoba pola SRI di Indonesia dilakukan oleh Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pertanian di Sukamandi, Subang, Jawa Barat, pada musim kemarau 1999 dengan hasil 6,2 ton per hektar dan pada musim hujan dengan hasil rata-rata 8,2 ton per hektar. Menurut dia, metode ini cocok untuk dikembangkan di wilayah dengan curah hujan rendah seperti Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Metode SRI juga terbukti ramah lingkungan karena mampu membantu meredam pemanasan bumi dengan memperkecil sebaran gas metan dari lahan persawahan sehingga mengurangi penebalan lapisan gas rumah kaca, katanya, katanya. Saat ini budidaya padi dengan sistem SRI baru dikembangkan di Jawa Barat, Bali, Sulawesi, NTB dan NTT (Pelita, 2008).
Dengan metode System of Rice Intensification (SRI) Organik, jika biasanya volume air yang dibutuhkan adalah 2.700 liter per hektar, maka bisa ditekan menjadi 800 liter per hektar atau menghemat lebih dari dua pertiganya (Wahyuni, 2007).
Dijelaskan, metode transplantasi yang diterapkan satu benih per lubang, usia benih 7-14 hari dan jarak tanam longgar 30 cm X 30 cm ditambah dengan pemberian air terputus-putus tanpa genangan di petak sawah. Efisiensi air yang bisa dihemat dengan pola SRI mencapai 30 – 50 persen dari sistem konvensional (Pusdata, 2008).
Teknik SRI tidak memerlukan bibit padi khusus. SRI juga mampu menghemat biaya produksi petani karena hanya memerlukan bibit 5 kg per hektar, dibandingkan cara konvensional yang membutuhkan 25 kg per hektar. Metode SRI juga terbukti ramah lingkungan karena mampu membantu meredam pemanasan bumi dengan memperkecil sebaran gas metan dari lahan persawahan sehingga mengurangi penebalan lapisan gas rumah kaca (Ipb, 2008).
Metode ini terdiri atas, pertama penanganan bibit padi secara seksama. Hal ini terdiri atas, pemilihan bibit unggul, penanaman bibit dalam usia muda (kurang dari 10 hari setelah penyemaian), penanaman satu bibit per titik tanam, penanaman dangkal (akar tidak dibenamkan dan ditanam horizontal), dan dalam jarak tanam yang cukup lebar. Bagi yang telah terbiasa menanam padi secara konvensional, pola penanganan bibit ini akan dirasakan sangat berbeda. Hal ini karena metode konvensional memakai bibit yang tua (lebih dari 15 hari sesudah penyemaian), ditanam sekitar 5-10 bahkan lebih bibit per titik tanam, ditanam dengan cara dibenamkan akarnya, dan jarak tanamnya rapat (Himatek, 2008).
Metode SRI memungkinkan petani untuk :
1. Meningkatkan produksi padi lebih dari 50 %
2. Mengurangi input dan biaya
a. Bibit – mengurangi antara 80 % - 90%
b. Pemberian air Irigasi antara 25% - 50%
c. Pupuk kimia – dikurangi atau ditiadakan
d. Beras yang dihasilkan lebih tinggi .
Menurut Norman Uphoff SRI tujuan utamanya adalah productivity tidak hanya meningkatkan hasil. SRI dalam waktu sama akan menghasilkan produktifitas antara lain :
· Hasil perunit area lebih tinggi
· Hasil kerja perhari yang didapat buruh lebih tinggi .
· Lebih banyak tanaman yang mendapat dengan metode SRI
· Mendapat keuntungan yang lebih tinggi .
(Pusdata, 2008).
Hasil uji coba melalui demplot-demplot SRI di beberapa lokasi menunjukkan bahwa metodologi teknologi SRI ini cukup disenangi oleh sebagian besar petani karena dari hasil produksi yang telah diperoleh menunjukkan peningkatan produksi persatuan luas yang signifikan. Di bagian lain biaya proses produksi dapat dihemat untuk saprodi kurang lebih 20%, kebutuhan air irigasi berkurang hingga 40% mengingat sistem pemberian air secara terputus-putus dengan ketinggian air disesuaikan dengan umur/fase tanaman. Oleh karena itu, metodologi SRI dapat dikatakan suatu penemuan baru yang sangat berhasil sebagai "metode hemat air-hemat biaya dengan hasil produksi yang tinggi” (Admin, 2007).
Lima (5) dasar sederhana dari SRI yang mendasar yaitu :
1. Menggunakan bibit muda : untuk melindungi pertumbuhan potensial
2. Spasi yang lebar dengan menggunakan bibit tunggal
3. Memperhankan tanah basah tetapi tidak menggenang
4. Mempertinggi soil organic
5. Sirkulasi dalam tanah terjaga semaksimal mungkin
(Pusdata, 2008).
SRI hanya menggunakan air sampai keadaan tanahnya sedikit terlihat basah oleh air (macak-macak) dan tidak adanya penggunaan pupuk karena SRI menggunakan kompos. Metode konvensional di sisi lain menggunakan air sampai pada tahap tanahnya menjadi tergenang oleh air serta pemupukan minimal dua kali dalam satu periode tanam. Tanah yang tergenang air akan menyebabkan kerusakan pada struktur padi dikarenakan padi bukanlah tanaman air (membutuhkan air tetapi tidak terlalu banyak). Hal lain yang ditimbulkan oleh proses penggenangan adalah timbulnya hama. Secara alamiah, seperti padi liar yang tumbuh di hutan-hutan, hama dari padi memiliki musuh alami (Himatek, 2008).
Kelebihan SRI
1.Tanaman hemat air dan ada periode pengeringan sampai tanah pecah-pecah (irigasi terputus)
2.Hemat biaya (butuh benih 5kg/ha, tidak butuh biaya pencabutan bibit, tidak butuh biaya pindah bibit, tenaga tanam berkurang dll.)
3.Hemat waktu (ditanam bibit muda 5-12 hari setelah semai, panen lebih awal)
4.Produksi dipastikan bisa meningkat, dibeberapa tempat mencapai 11 ton/ha
(Telecenter, 2008).


KESIMPULAN

1.SRI (System of Rice Intensification) adalah teknik budidaya padi yang mampu meningkatkan produktifitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara.
2.SRI mampu menghemat biaya produksi petani karena hanya memerlukan bibit 5 kg per hektar, dibandingkan cara konvensional yang membutuhkan 25 kg per hektar.
3.SRI hanya menggunakan air sampai keadaan tanahnya sedikit terlihat basah oleh air (macak-macak) dan tidak adanya penggunaan pupuk karena SRI menggunakan kompos.
4.Metode SRI juga terbukti ramah lingkungan karena mampu membantu meredam pemanasan bumi dengan memperkecil sebaran gas metan dari lahan persawahan sehingga mengurangi penebalan lapisan gas rumah kaca.
5.Metode SRI memungkinkan petani untuk :
1. Meningkatkan produksi padi lebih dari 50 %
2. Mengurangi input dan biaya
a. Bibit – mengurangi antara 80 % - 90%
b. Pemberian air Irigasi antara 25% - 50%
c. Pupuk kimia – dikurangi atau ditiadakan
d. Beras yang dihasilkan lebih tinggi .


DAFTAR PUSTAKA


Admin. 2007. Bupati Sumbawa : Pola SRI Hemat Air, Hemat Biaya, Hasil Produksi Tinggi. Dikutip dari: http://www.sumbawa.go.id. Diakses tanggal 5 Maret 2008. 2 page.
Bustanulm . 2007. Sejarah System of Rice Intensification. Dikutip dari Http://www.agribisnisganesha.com. Diakses tanggal 5 Maret 2008. 1 page.
Deptan. 2008. System of Rice Intensification. Dikutip dari: Http://www.deptan.go.id. Diakses tanggal 5 Maret 2008. 2 page.
Himatek. 2008. SRI. Dikutip dari; Http://www.himatek.che.itb.ac.id. Diakses tanggal 5 Maret 2008. 3 page.
Ipb. 2008. Metode SRI Tingkatkan Produksi Beras 78 Persen. Dikutip dari: Http://www.ipb.ac.id. Diakses tanggal 5 Maret 2008. 2 page.
Mahasiswa. 2008. Metode SRI Tingkatkan Produksi Beras 78 Persen. Dikutip dari: Http://www.mahasiswa.com. Diakses tanggal 5 Maret 2008. 2 page.
Pelita. 2008. Metode Sri Tingkatkan Produksi Beras. Dikutip dari: Http://www.harianpelita.com. Diakses tanggal 5 Maret 2008. 2 page.
Pusdata. 2008. Dirjen SDA : Perlu Cermati Lebih Serius Kondisi Prasarana SDA. Dikutip dari: Http://www.Pusdata.go.id. Diakses tanggal 5 Maret 2008. 2 page.
Telecenter. 2008. Budidaya Padi Hemat Air. Dikutip dari: Http://www.telecenter.com. Diakses tanggal 5 Maret 2008. 2 page.
Wahyuni, A. I. 2007. Padi SRI Organik Hanya Butuh Air 1/3 Kebutuhan Padi Biasa. Dikutip dari: Http://www.detikfinance.com. Diakses tanggal 5 Maret 2008. 2 page.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar